MAKNA LOGO BUMDESMA SECARA ETIMOLOGI, BAHASA, ADAT DAN KEYAKINAN
1.
LAMBANG PERISAI PERSEGI LIMA. (Bertuliskan LKD / Lembaga Keuangan Desa).
Melambangkan
tentang alat pertahanan untuk mempertahankan cita-cita dan perjuangan yang
terdapat pada Pancasila sebagai dasar NKRI dan menjunjung tinggi Pancasila
sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
2.
LAMBANG BULAN SABIT. (Bertuliskan Pinoh Utara -
Melawi)
Masyarakat
Babilonia yang menjadi pelopor peradaban di Mesopotamia percaya bahwa
benda-benda langit adalah dewa. Bagi mereka, bulan adalah pimpinan dewa-dewa
itu. Pengangkatan bulan sebagai dewa karena bulan tidak pernah muncul dua malam
ber turut-turut pada posisi yang sama. Satelit bumi itu pun terus-menerus
mengubah bentuknya tergantung pada keadaan cuaca saat itu. Pada waktu lain, dia
bahkan tidak terlihat. Masyarakat Babilonia pun menyimpulkan jika bulan
merupakan dewa yang penting.
Peradaban
Babilonia terbilang maju pada zamannya. Masyarakatnya menulis dengan batu dan
tanah liat. Mereka menulis sesuatu berdasarkan bentuk aslinya yang belakangan
disebut sebagai hierogliph. Ketika hendak menulis tentang kata kerja
'berjalan', mereka menggambar kaki. Mereka menulis matahari dengan gambar
bulatan besar. Begitu juga tentang bulan sabit dan bintang yang disimbolkan
berdasarkan bentuk aslinya.
Mereka
menyebut Shiptu untuk menamakan simbol yang selalu berpasangan tersebut.
Shiptu juga kerap diasosiasikan sebagai istilah untuk mengusir setan dan roh
jahat. Masyarakat kuno ketika itu memang kerap merasa diawasi oleh mata setan.
Shiptu digunakan sebagai salah satu jimat untuk melindungi keselamatan mereka.
Mereka pun menyebut hal yang sama untuk meramal mantra-mantra saat mengusir roh
jahat. Mereka juga mengenal bulan baru, yakni istilah dalam bulan sabit dengan
nama Shipin. Lagi-lagi, mereka percaya jika Shipin bisa mengusir setan dan roh
jahat.
Lambang ini terus di wariskan ke peradaban setelahnya.
Babilonia ditaklukkan Persia. Setelah itu, lambang bulan dan sabit menjadi
simbol yang tertera dari koin mereka. Persia melakukan hal yang sama setelah
menaklukkan Persia. Mereka meletakkan lambang itu di koin resmi.
Alexander
yang Agung memimpin pasukannya dari Makedonia mengekspansi Asia Barat. Setelah
itu, bulan sabit dan bintang juga digunakan di koin mereka. Demikian dengan
Roma dan Byzantium (Romawi Timur). Karena itu, diyakini jika Turki
Utsmani mengadopsi lambang yang sama usai menaklukkan Konstantinopel yang
dikuasai Byzantium. Lambang tersebut kemudian menjadi populer di kalangan dunia
Islam.
Namun,
penggunaan bulan sabit sebenarnya sudah dimulai jauh sebelum Muhammad al-Fatih
menaklukkan Konstantinopel pada 28 Mei 1453. Bulan sabit emas menghadap ke atas
sudah tampak pada Kubah Batu atau Dome of Rock di Yerussalem, Palestina. Guru
Besar Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Prof
Syukron Kamil menjelaskan, Dome of Rock dibangun oleh Khalifah dari Dinasti
Umayyah, Abdul Malik bin Marwan pada 691 M.
Khalifah
yang memiliki oposisi politik di Makkah dan Madinah itu membangun situs
tersebut untuk mengalihkan kunjungan para peziarah ke Masjid al-Aqsa. Tempat
suci ketiga umat Islam itu memiliki keutamaan 500 kali shalat. Tidak hanya itu,
batu yang berada di dalam Kubah Batu dipercaya sebagai tempat Nabi Muhammad SAW
berpijak sebelum melesat ke Sidratul Muntaha.
Khalifah
lantas membangun kubah batu dengan dana besar-besaran. Sejarawan al Muqaddasi
menuturkan, biaya pembangunannya mencapai 100 ribu koin emas dinar atau senilai
Rp 2,1 triliun.
Ornamen
bulan sabit juga ditemukan pada Masjid Cordoba. Masjid ini didirikan oleh
Abdurrahman ad-Dakhil (Khalifah Abdurrahman I), seorang keturunan Bani Umayyah
yang lari dari Damaskus karena dikejar-kejar pasukan Abbasiyah.
Abdurrahman
berhasil mendirikan Dinasti Umayyah di Spanyol.
Masjid
Cordoba pun mulai dibangun pada 785 M. Bangunan masjid ini tidak sepenuhnya
diberi atap. Ada bagian-bagian tertentu yang sengaja dibuat terbuka agar cahaya
dan udara bisa masuk ke dalam masjid. Bentuk tiang-tiangnya menampilkan corak
beragam, berbentuk melengkung. Satu bentuk lengkungan khas dalam seni bangunan
Islam di Spanyol.
Dalam
Ensiklopedia Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve disebutkan, terdapat lengkungan (arcade) berbentuk bulan sabit meng hadap ke bawah di atas kapitel.
Kapitel ini berfungsi sebagai pengait kayu-kayu pilihan yang menghubungkan
tiang-tiang masjid. Tiang yang pembuatannya amat halus dan menggunakan bahan
tiang antik zaman Romawi.
Meski
kerap disebut terinspirasi oleh budaya Romawi, Syukron mengungkapkan,
penggunaan bulan sabit pada era Islam memiliki makna berbeda dengan kebudayaan
sebelumnya. Menurut Syukron, umat Islam memiliki landasan sendiri dalam
menggunakan simbol tersebut.
Bulan
sabit merupakan pertanda bulan baru. Sejak masa Umar, perhitungan kalender
Islam berdasarkan bulan atau Qomariyah. Hijrah menjadi momentum awal tahun
kalender penanggalan yang kemudian disebut dengan hijriyah itu. Umat Islam pun
memaknai hijrah lebih dari sekadar penanggalan, tapi juga proses pencarian
menuju Sang Pencipta. "Hijrah berarti pindah dari jahiliyah ke tauhid atau
dari jumud ke progresif," kata Syukron.
Penggunaan
bulan sabit pun memang dekat dengan masyarakat gurun. Dilansir dari The Guardian,
Linda dan Phil Homes dari Cottingham dan Humberside berpendapat, saat Islam
berkembang di Arab, benda-benda langit memiliki fungsi berharga bagi penduduk
lokal. Karavan-karavan mengarungi gurun pasir yang luas untuk berdagang. Untuk
menghindari panas matahari, mereka berjalan ketika malam. Saat itu, posisi
bulan dan bintang amat penting sebagai navigasi alami agar mereka tidak
tersesat. Bulan lantas direpresentasikan sebagai petunjuk Tuhan untuk
mengarungi kehidupan.
Jadi
Lambang Kesultanan
Banyak
kesultanan di Nusantara yang menggunakan lambang bulan sabit sebagai simbol. Di
Aceh, Kesultanan Aceh Darussalam menggunakan bendera Alam Paeudeung. Bendera
tersebut menjadi lambang resmi kerajaan pada masa Ali Mughayat Shah, sultan
Aceh yang memimpin pada 1511-1530. Pada lambang yang disebut dengan Alam
Peudeung ini, terdapat bulan sabit, bintang dan sebilah pedang. Tiga benda
tersebut muncul di atas latar berwarna merah.
Bendera
Alam Peudeung digunakan Kesultanan Aceh pada 1496-1904. Bahkan, kerajaan-kerajaan
yang pernah berada di bawah Kesultanan Aceh pada abad 16 sampai abad 18 ikut
menggunakan bendera tersebut, selain bendera kerajaan lokal masing-masing,
seperti Kerajaan Asahan, Langkat, Deli, Serdang, dan lain-lain.
Nama
Alam Peudeung berasal dari gabungan dua kata, yakni 'alam' dan 'peudeung'.
Dalam manuskrip kitab Tazkirat al Tabagat Qanun Syara' Kerajaan Aceh karangan
Syekh Syamsulbahri (1272 H) yang dikutip oleh Balai Pelestarian Budaya Aceh-
Sumut, kata 'alam' dalam Alam Peudeung diambil dari Bahasa Arab yang berarti
bendera. Sementara itu, 'peudeung' bermakna pedang.
Beberapa
ahli berpendapat, bendera Aceh Alam Peudeung terinspirasi dari bendera Turki
Utsmani. Terlebih adanya bulan sabit yang menyerupai lambang Utsmani. Caroline
Finkel dalam The Story of Ottoman menulis "Muslim Sultanate of Aceh, when
threatened by Portuguese expansionism, sought Ottoman assistance. The Ottoman
troops were sent to aid the sultan against the Portuguese in 1537, 1547, 1566.
Aceh formally requested the protection of the Ottomans. The Ottomans fleet set
out form Suez to aid Aceh. And the Ottoman flag used by the Sultanate of
Aceh''. (Caroline Finkel: 2005).
Sultan
Aceh Ali Riayat Shah al- Kahhar pernah mengirim utusan ke Turki untuk meminta
bantuan dalam menghadapi Portugis. Reputasi Turki Utsmani sebagai imperium
terbesar di dunia pada masa Sultan Sulaiman al-Qanuni pun sampai pada masyarakat Nusantara, khususnya Aceh, yang sudah memeluk agama Islam. Sultan bahkan
secara eksplisit menyatakan jika Kesultanan Aceh merupakan pembantu dan salah
satu desa yang berada di bawah kekuasaan Utsmani.
Tak
hanya Aceh, banyak kesultanan lain yang menggunakan lambang bulan sabit atau
bulan sabit dengan tambahan bintang. Beberapa contohnya, yakni Kesultanan
Mataram Islam, Kesultanan Pontianak, Kasunanan Surakarta, Kesultanan Serdang,
Kesultanan Sumenep, hingga Kesultanan Banjar. Mereka menjadikan bulan sabit
sebagai salah satu unsur lambang kesultanan. Kesultanan Ternate bahkan
menggunakan lambang tersebut sebagai mahkota sultan.
3.
LAMBANG PADI & KAPAS
Dengan Berpedoman Kepada Pancasila
sebagai Dasar NKRI, Lambang padi dan kapas dengan warna dasar putih di bagian
kiri bawah perisai Garuda memiliki makna sebagai berikut:
v
Padi melambangkan makanan pokok sebagian besar
rakyat Indonesia, sedangkan kapas melambangkan sandang atau pakaian.
v
Kedua lambang ini bermakna kebutuhan pokok
bangsa Indonesia untuk melangsungkan hidup. Lambang padi dan kapas juga
bermakna kesejahteraan sosial bagi rakyat Indonesia yang menjadi tujuan utama
dalam pembangunan nasional.
v
Selain itu, padi dan kapas juga bermakna bahwa
tidak ada kesenjangan sosial pada rakyat Indonesia.
4.
LAMBANG
BURUNG ENGGANG GADING (BURUNG KHAS TANAH BORNEO YANG DI KERAMATKAN OLEH SUKU
DAYAK)
Sebagai pencetus dan penulis makna
daripada logo ini, penulis memiliki nasab Jawa dari pihak Ayah dan Nasab Dayak
dari pihak Ibu, tepatnya sub-suku Dayak Khubitn dan sub-suku Dayak Dohoi.
Walaupun ada garis keturunan Banjar juga dari pihak Ibu.
Berlandaskan pada hal tersebut
tercetuslah inisiatif burung enggang sebagai logo utama BUM Desa Bersama, yang sebelumnya di percayakan kepada saya sendiri untuk mendesain nya, dan Alhamdulillah hasil karya tersebut dapat di terima, selain berdasarkan hal tersebut juga sebagai perhatian terhadap burung ini
yang habitat dan populasinya yang terancam punah akibat penebangan liar, deforestasi serta perburuan liar hewan dilindungi.
Sedikit mengulas Suku Dayak, terutama sub-suku Dayak Dohoi adalah sub suku Dayak
Rumpun Ot Danum yang bermukim di perbatasan Kalimantan Barat dan Kalimantan
Tengah. Suku Dohoi menggunakan bahasa Dohoi yang termasuk rumpun bahasa Barito.
Mata pencaharian orang Dohoi adalah bercocok tanam di ladang.
Suku Dayak Kubitn (Kubing, Kubin,
Kuhin), terdapat di kabupaten Melawi mendiami kampung Bedaha dan kampung Begori
yang berada di kecamatan Serawai dan juga mendiami kecamatan Menukung,
kecamatan Belimbing dan kecamatan Nanga Pinoh. Populasi suku Dayak Kubitn
diperkirakan berjumlah sekitar 5.000 orang.
Suku Dayak Kubitn berbahasa menggunakan
bahasa Dayak Kubitn. Tetapi biasanya orang Dayak Kubitn juga bisa berbicara
menggunakan bahasa lain seperti bahasa Dayak Melahui dan bahasa Dayak Dohoi.
Bahasa Dayak Kubitn memiliki intonasi yang lebih tegas. Bahasa Kubitn ini
sepintas mirip dengan Bahasa Limbai, karena kedua bahasa ini banyak menggunakan
kata abon untuk mengatakan tidak ada.
Di kampung Begori, suku Dayak Kubitn
hidup berbaur dengan orang Dayak Melahui dan Dayak Dohoi Uud Danum. Orang Dayak
Kubitn yang hidup di Serawai ini memiliki tingkat kemiripan tata cara dengan
orang Dayak Melahoi dan Dayak Uud Danum. Terkadang dalam penentuan adat mereka
mengikuti ketentuan adat yang berlaku pada orang Dayak Uud Danum.
Tradisi lisan pada suku Dayak Kubitn
memiliki banyak kesamaan tokohnya dengan tradisi lisan pada orang Dayak Dohoi
Uud Danum. Walaupun tokoh dalam cerita rakyat orang Dayak Kubitn ini bisa
dikatakan identik dengan tokoh yang ada di dalam cerita rakyat Dohoi, tetapi
mereka menceritakannya dengan gaya dan dalam bahasa Kubit.
Kembali kepada makna Burung Enggang ini yang identik dengan kehidupan masyarakat Dayak bermaknakan lambang perdamaian dan persatuan, menjadi lambang kesetiaan dan
kerukunan (Burung Enggang hidup berpasang-pasangan, dan tidak dapat hidup tanpa
pasangannya), serta dapat ditemukan di hampir setiap ruang masyarakat dayak, seperti
pada patung, ukiran, lukisan, pakaian, rumah, balai desa, serta monumen).
Kemudian pada sayapnya yang tebal menggambarkan
pemimpin yang melindungi rakyatnya, suaranya yang keras menyimbolkan perintah
pemimpin yang selalu di dengar oleh rakyat, ekornya yang panjang mejadi tanda
kemakmuran rakyatnya, secara keseluruhan, burung Enggang menggambarkan watak
seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya.
5.
LAMBANG
EKOR BURUNG
ENGGANG GADING BERJUMLAH 7 HELAI.
Sebagai WNI yang bersila pertama, yakni
berketuhanan yang Maha Esa, ekor enggang gading yang berjumlah 7 helai ini , penulis sengaja mengisyaratkan pada angka 7 yakni berdasarkan
kitab karangan Syekh Abi Nashr Muhammad bin Rahman al-Hamdani dalam kitab "As-Sab'iyyat fi Mawa'idh al-Bariyyat" mengungkap misteri dan keistimewaan angka
7, yakni :
v Allah
SWT menciptakan 7 lapis langit.
v Allah
SWT menciptakan 7 lapis langit yang dihiasi dengan keindahan bintang-bintang.
Seperti dengan firman-Nya "Dan Kami membangun
di atas kamu tujuh langit yang kokoh." (QS An-Naba:12) dan "Dan Kami membangun di atas kamu tujuh langit yang kokoh." (QS An-Naba:12).
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
gugusan bintang di langit dan menjadikannya terasa indah bagi orang yang
memandangnya". (QS Al-Hijr:16).
v Allah
SWT menghiasi bumi dengan 7 daratan dan lautan.
Allah SWT menghiasi bumi dengan 7 daratan dan lautan.
Sesuai dengan firman-Nya "Allah yang menciptakan 7 langit dan
menciptakan bumi juga serupa." (QS Ath-Thalaq:12) dan "Dan ditambahkan
kepadanya 7 lautan lagi setelah keringnya." (QS Luqman:27).
v Allah
SWT menghiasi Al-Qur'an dengan 7 ayat Surat Al-Fatihah.
Allah SWT menghiasi Al-Qur'an dengan tujuh jenis
bacaan dan tujuh ayat dalam Surat Al-Fatihah. Sesuai dengan firman-Nya "Dan
sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu tujuh (ayat) yang dibaca
berulang-ulang dan Al-Qur'an yang agung." (QS. Al-Hijr:87).
v Allah
SWT menghiasi manusia dengan tujuh anggota tubuh.
Allah SWT menghiasi manusia dengan tujuh anggota
tubuh. Dua tangan untuk berdoa, dua kaki untuk berkhidmah dalam kebaikan, dua
lutut untuk bersimpuh kepada Allah SWT, dan satu wajah untuk bersujud
kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT "Dan sujudlah serta
dekatkanlah dirimu kepada Allah." (QS.
Al-Alaq:19).
v
Allah SWT menjadikan umur manusia menjadi tujuh
masa.
Allah SWT menjadikan umur manusia menjadi tujuh masa.
Berikut 7 masa yang dimaksud:
1.
Radli (Masa Menyusui),
2.
Fathim (Masa Penyapihan),
3.
Shabiy (Masa Kanak-Kanak),
4.
Ghulam (Masa Remaja),
5.
Syab (Masa Pemuda),
6.
Kahl (Masa Dewasa),
7.
Syaikh (Masa Tua).
v
Allah SWT berfirman "Dan (Allah)
mewajibkan kepada mereka tetap taat menjalankan kalimat takwa dan mereka lebih
berhak dengan itu dan patut memilikinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu." (QS. Al-Fath:26). Selain itu, Syekh
al-Hamidi juga menyebutkan 7 kata dalam kalimat tauhid لآ اِلٰهَ إِلَّا اللّهُ مُحَمَّدٌ
رَسُوُلُ اللّهِ. Kalimat tersebut jika dipecah akan menjadi 7 kata yaitu:
1.
لآ (Tidak Ada)
2.
اِلٰهَ (Tuhan)
3.
إِلّا (Kecuali)
4.
اللّهُ (Allah)
5.
مُحَمَّدٌ (Muhammad)
6.
رَسُوُل (Utusan)
7.
اللّهِ (Allah)
v
Allah SWT menghiasi bumi ini dengan adanya tujuh
wilayah/teritorial
Ø
Hidustan,
Ø
Hijaz,
Ø
Bashrah, Badiyah dan Kufah,
Ø
Irak, Syam, dan Khurasan sampai Balkha,
Ø
Romawi dan Armenia,
Ø
6 Negara tempat Ya'juj dan Ma'juj,
Ø
China dan Turkistan.
v
Allah SWT menciptakan 7 lapis neraka
ü
Jahannam
Neraka
Jahanam tersebut kemudian disiapkan dari 7 pintu. Sebagaimana firman-Nya "Neraka
Jahanam itu mempunyai tujuh pintu. Setiap pintu telah ditetapkan untuk golongan
tertentu dari mereka." (QS. Al-Hijr:44).
ü
Sa'ir
ü
Saqar
ü
Jahim
ü
Hathamah
ü
Ladza
ü
Hawiyah
Pada akhirnya setiap makna yang tersirat itu adalah sebuah harapan, doa, dan cita-cita agar menjadi baik dan bermanfaat untuk khalayak ramai, juga kembali kepada sudut pandang individu masing-masing, apabila dia angap baik maka bagus lah makna nya, namun apabila berpandangan negatif tentu bukan menjadi motivasi dalam bekerja.
Akhir kata dengan sedikit mengutip pesan dari Sayyidina Ali yakni "Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu." (Ali bin Abi Thalib).