Pada kesempatan ini hyu ingin sedikit berbagi pandangan tentang Burung Enggang, tepatnya berfokus kepada perbedaan antara Burung Enggang Gading dan Enggang Badak (Cula).
Kalimantan (Borneo) sekilas identik dengan hutanya
yang masih asri dan besar, juga yang paling dikenal yakni spesies burung
enggang.
Selain
Burung Enggang Badak dan Enggang Gading ada juga ciri khas lain dari pulau
kalimantan (Borneo) seperti ikan arwana merah, burung ruai, orang utan dan tengkawang tungkul.
Meskipun enggang badak atau yang disebut juga burung kenyalang ini sekilas mirip dengan Enggang Gading namun
secara sederhana yang membedakan terletak pada perbedaan mencolok pada tanduk
di kepalanya serta pada bulu di ekornya. Dimana ciri khas Enggang Gading yakni
gading nya agak betangkung (Seperti Ikan Lohan) serta memiliki ekor yang
panjang pada bagian tengah, Sedangkan pada burung Enggang Gading lebih
menyerupai tanduk serta memiliki pola ekor yang rata.
Mengutip
dari laman rangkong[dot]org klasifikasi antara Enggang Gading dan Enggang Badak
(Cula) adalah sebagai berikut :
ENGGANG BADAK/CULA (BUCEROS RHINOCEROS)
Enggang
Badak (Cula) atau Great Rhinoceros Hornbill dalam status konservasi masuk
kategori Vulnerable (VU); menurut IUCN dan Appendix II; menurut CITES, dan
termasuk satwa dilindungi menurut PermenLHK No. 20 Tahun 2018, UU No.5 Tahun
1990 dan PP No.7 Tahun 1999.
A. Persebaran
Dan Habitat
Enggang
Cula banyak ditemui di wilayah Asia Tenggara, seperti Selatan Semenanjung
Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Burung ini juga
memiliki 3 sub-spesies, dengan daerah persebaran:
Buceros rhinocerosrhinoceros
atau Malayan Great Rhinoceros Hornbill: Indonesia (Sumatera), Semenanjung
Malaysia, Selatan dari Songkhla, Bukit Maxwell di Perak, dan Gunung Tahan di
Kelantan, Singapura hingga sekitar tahun 1950. Dengan ciri-ciri memiliki balung
melengkung ke atas yang panjang.
Buceros rhinocerosborneoensis:
Indonesia (Kalimantan), Serawak, Sabah dan Brunei. Dengan ciri-ciri memiliki
balung yang lebih gagah dan bahkan lebih melengkung ke atas.
Buceros rhinocerossilvestris:
Indonesia di Jawa (dari Jawa Timur ke Meru Betiri), dengan ciri-ciri memiliki
balung yang berujung panjang dan pita hitam pada ekor yang lebih lebar.
Mereka dapat dijumpai pada
ketinggian 1.400 m seperti hutan dataran rendah yang lebat, hutan perbukitan,
hutan dipterokarpa (meranti-merantian), hutan sekunder dan hutan rawa.
B. Identifikasi
Enggang
Cula mempunyai ciri khas berupa warna tubuh yang hitam; kepala, punggung, sayap
dan dada. Namun, bagian perut dan paha berwarna putih. Bagian ekor yang juga
berwarna putih, terdapat garis hitam lebar melintang di bagian tengahnya.
Burung ini tergolong besar
dengan panjang tubuh 80-90 cm. Paruhnya berwarna kuning berpangkal merah. Di
atas paruh, terdapat balung besar berwarna sama, dengan bentuk silinder
melengkung ke atas. Individu jantan dewasa dapat dikenali dengan tanda hitam
pada bagian balung dan warna merah pada iris mata. Sedangkan, individu betina
dewasa memiliki iris mata berwarna putih-kebiruan dan balung tanpa tanda hitam.
C.
Pakan
Mereka sering mencari pohon
buah-buahan, berburu vertebrata kecil dan hewan arthropoda besar (hewan yang
memiliki tubuh dan kaki beruas atau bersegmen). Buah ara dan buah yang berlemak
tinggi menjadi makanan kesukaan Enggang Cula. Sedangkan alternatif pakan selain
buah yaitu kadal, katak pohon, telur burung, laba-laba dan serangga besar;
kumbang, jangkrik.
D. Perkembangbiakan
Saat
berkembang biak, Enggang Cula dibantu oleh “pengawal” sekitar 25 individu;
terdiri dari usia dewasa awal dan dewasa, untuk mempertahankan wilayahnya
dengan cara saling memanggil. Sang jantan setia mengantarkan makanan kepada
betina dan anaknya. Hutan tebang pilih dan area terbuka antara hutan dan
kawasan penduduk, menjadi salah satu tempat berkembangbiak.
Mereka
bersarang di lubang pohon alami dan sempat memeriksa lubang di tebing batu
kapur. Mereka pun pernah ditemukan bersarang di pohon mati. Sarang kesukaannya
adalah pohon meranti. Ketika menemukan pohon sarang yang kecil, betina akan
menggali untuk menyesuaikan bentuk sarang sesuai kebutuhan.
E. Ancaman
Perburuan
menjadi ancaman terbesar Enggang Cula. Biasanya dagingnya dikonsumsi dan bagian
lainnya digunakan untuk aksesoris upacara adat.
F. Tahukah
Kamu?
Suku
Dayak Iban menyebut Enggang Cula dengan nama Kenyalang dan memiliki arti penting
dalam ritual utama Suku Dayak Iban yang disebut Gawai Kenyalang. Mereka
mempercayai Enggang Cula sebagai simbol burung duniawi tertinggi.
Patung
ukiran Enggang Cula juga digunakan untuk menyambut datangnya dewa burung
Sengalang Burong pada saat mengadakan pesta dan perayaan. Selain itu, bulu
ekornya dipercaya dalam ritual pengobatan suku Dayak, sebagai penghubung dunia
dan alam atas.
Berikut saya Ilustrasikan
beberapa Gambar :
Kiri:
Enggang Gading (Rhinoplax vigil)
Kanan:
Enggang Badak (Buceros rhinoceros)
No comments:
Post a Comment