Monday, November 14, 2011

mari berpantun

Kumpulan Pantun
Sekilas Tentang Pantun

Pantun adalah bentuk puisi yang terdiri atas empat baris yang bersajak bersilih dua-dua (pola ab-ab), dan biasanya, tiap baris terdiri atas empat perkataan. Dua baris pertama disebut sampiran (pembayang), sedangkan dua baris berikutnya disebut isi pantun. Ada dua pendapat mengenai hubungan antara sampiran dan isi pantun. Pendapat pertama dikemukakan oleh H.C. Klinkert pada tahun 1868 yang menyebutkan bahwa, antara sampiran dan isi terdapat hubungan makna.
Pendapat ini dipertegas kembali oleh Pijnappel pada tahun 1883 yang mengatakan bahwa, hubungan antara keduanya bukan hanya dalam tataran makna, tapi juga bunyi. Bisa dikatakan jika sampiran sebenarnya membayangkan isi pantun. Pendapat ini dibantah oleh van Ophuysen yag mengatakan bahwa, sia-sia mencari hubungan antara sampiran dan isi pantun. Menurutnya, yang muncul pertama kali dibenak seseorang adalah isi, baru kemudian dicari sampirannya agar bersajak. Dalam perkembangannya, Hooykas kemudian memadukan dua pendapat ini dengan mengatakan bahwa, pada pantun yang baik, terdapat hubungan makna tersembunyi dalam sampiran, sedangkan pada pantun yang kurang baik, hubungan tersebut semata-mata hanya untuk keperluan persamaan bunyi. Pendapat Hooykas ini sejalan dengan pendapat Dr. (HC) Tenas Effendy yang menyebut pantun yang baik dengan sebutan pantun sempurna/penuh, dan pantun yang kurang baik dengan sebutan pantun tak penuh/tak sempurna. Karena sampiran dan isi sama-sama mengandung makna yang dalam (berisi), maka kemudian dikatakan, “sampiran dapat menjadi isi, dan isi dapat menjadi sampiran.”

Dalam kehidupan masyarakat Melayu sehari-hari, pantun merupakan jenis sastra lisan yang paling populer. Penggunaannya hampir merata di setiap kalangan: tua-muda, laki-laki-perempuan, kaya miskin, pejabat-rakyat biasa dst. Dalam prkatiknya, pantun ini diklasifikasi ke dalam beberapa jenis yaitu: Pantun Nasihat, Pantun Berkasih Sayang, Pantun Suasana Hati, Pantun Pembangkit Semangat, Pantun Kerendahan Hati, Pantun Pujian, Pantun Teka-teki, Pantun Terhadap Perempuan, dan Pantun Jenaka.
Pantun juga berfungsi sebagai bentuk interaksi yang saling berbalas, baik itu dilakukan pada situasi formal maupun informal. Pantun pada masyarakat Melayu mengalir berdasarkan tema apa yang tengah diperbincangkan. Ketika seseorang mulai memberikan pantun, maka rekan lainnya berbalas dengan tetap menjaga tali perbincangan. Dalam interaksi pantun berbalas ini berlatar belakang pada situasi formal maupun situasi informal. Pada situasi formal semisal ketika meminang atau juga membuka sebuah pidato, sedangkan pada situasi informal seperti perbincangan antar rekan sebaya.

Pantun adalah genre sastra tradisional yang paling dinamis, karena dapat digunakan pada situasi apapun. Sebagaimana dikatakan bahwa:

Di mana orang berkampung disana pantun bersambung. Di mana ada nikah kawin disana pantun dijalin. Di mana orang berunding di sana pantun bergandeng. Dimana orang bermufakat di sana pantun diangkat. Di mana ada adat dibilang, di sana pantun diulang. Di mana adat di bahas di sana pantun dilepas”.

Karena itu tidak pandang latar belakang apapun, pantun dapat digunakan baik untuk anak-anak, orang muda maupun orang tua. Adapun beberapa klasifikasi berbagai pantun antara lain berupa: Pantun nasehat, Pantun lucu, Pantun cinta, Pantun pujian, Pantun suasana hati, DLL

Kumpulan Pantun Nasehat

Banyak sayur dijual di pasar
Banyak juga menjual ikan
Kalau kamu sudah lapar
cepat cepatlah pergi makan

Kalau harimau sedang mengaum
Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama

Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah

Manis jangan lekas ditelan
Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.

Buah berangan dari Jawa
Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan

Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat

Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah

Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan

Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan

Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju

Ada ubi ada talas
Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana

Jalan kelam disangka terang
Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci

Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya

Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati

Ke hulu membuat pagar,
Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.

Tiap nafas tiadalah kekal
Siapkan bekal menjelang wafat
Turutlah Nabi siapkan bekal
Dengan sebar ilmu manfaat

Banyak sayur dijual di pasar
Banyak juga menjual ikan
Kalau kamu sudah lapar
cepat cepatlah pergi makan

Kalau harimau sedang mengaum
Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama

Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah

Manis jangan lekas ditelan
Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.

Buah berangan dari Jawa
Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan

Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat

Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah

Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan

Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan

Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju

Ada ubi ada talas
Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana

Jalan kelam disangka terang
Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci

Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya

Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati

Ke hulu membuat pagar,
Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.

Tiap nafas tiadalah kekal
Siapkan bekal menjelang wafat
Turutlah Nabi siapkan bekal
Dengan sebar ilmu manfaat

Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah

Manis jangan lekas ditelan
Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.

Buah berangan dari Jawa
Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan

Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan

Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan

Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju

Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat

Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah

asam kendis asam gelugur
ke 3 asam riang riang
badan menangis di dlm kubur
teringat badan tak pernah sembahyang

Kemumu di tengah pekan
Di hembus angina jatuh ke bawah
Ilmu yang tak pernah di amalkan
Bagai pohon tak berbuah

Buah semangka buah labu
Buah di atas enak rsanya
Berbondonglah kamu menuntut ilmu
Karena wajib hukumnya

Naik pesawat ke pakistan
Sampainya pasti cepat
Belajarlah dari kesalahan
Kelak kebahagiaan akan di dapat


Pantun Pujian Kepada Allah SWT

Banyaklah haji perkara haji
Haji berkunjung ke Baitullah
Banyaklah puji perkara puji
Pujian agung kepada Allah

Banyaklah lebah perkara lebah
Lebah meniti kepada galah
Banyaklah sembah perkara sembah
Sembah sejati kepada Allah


Pantun Pujian Kepada Nabi Muhammad, SAW

Banyak hari diantara hari
Tidak semulia hari Jum‘at
Banyak nabi diantara nabi
Tidak semulia nabi Muhammad

Banyaklah redup perkara redup
Redup alamat hari kan hujan
Banyaklah hidup perkara hdiup
Hidup Muhammad menjadi teladan

Jaringan puput merata-rata
Campakkan bilis ke dalam pukat
Keringlah laut menjadi tinta
Takkan tertulis ajaran Muhammad


Pantun Pujian Kepada Orang Tua

Banyaklah angsa berebut terbang
Membumbung angsa menuju lepak
Banyaklah jasa disebut orang
Agunglah jasa ibu dan bapak

Sebesar-besar mayang pinang
Takkan sama mayang kelapa
Sebesar-besar sayang orang
Tak sama sayang ibu bapa

Supaya tangan tidak terluka
Jangan dikepit hulunya kapak
Supaya Tuhan tiada murka
Jangan sakiti ibu dan bapak


Pantun Pujian Kepada Pemimpin

Banyaklah orang mencari rusa
Sekali tembak kaki berpilin
Banyaklah orang jadi penguasa
Tapi tak layak jadi pemimpin

Kalau hendak menyalin surat
Hari petang lampu berminyak
Kalau hendak mempimpin rakyat
Hati lapang ilmu pun banyak

Besarlah batang sagu bertampin
Bila dikerat mati ujungnya
Besar hutang jadi pemimpin
Dunia akhiratkan ditanggungnya


Kumpulan Pantun Nasehat Agama

Orang Bayang pergi mengaji
Ke Cubadak jalan ke Panti
Meninggalkan sembahyang jadi berani
Seperti badan tak akan mati

Pangkal dibelit di pohon jarak
Jarak nan tumbuh tepi serambi
Jangan dibuat yang dilarang syarak
Itulah perbuatan yang dibenci Nabi

Jarak nan tumbuh tepi serambi
Pohon kerekot bunganya sama
Itulah perbuatan yang dibenci Nabi
Petuah diikut segala ulama

Pohon kerekot bunganya sama
Buahnya boleh dibuat colok
Petuah diikut semua ulama
Jangan dibawa berolok-olok

Rusa banyak dalam rimba
Kera pun banyak tengah berhimpun
Dosa banyak dalam dunia
Segeralah kita minta ampun

Kera banyak tengah berhimpun
Sandarkan galah pada pohon
Segeralah kita meminta ampun
Kepada Allah tempat bermohon

Tuman dipegang jatuh ke laut
Disambar yu jerung tenggiri
Imanpun tetap sehingga maut
Di situ baru tahukan diri

Disambar yu jerung tenggiri
Sutan Amat mandi bersimbur
Di situlah baru tahukan diri
Malaikat memalu dalam kubur

Kait-kait di padang temu
Terap ditimbun di ujung galah
Baik-baik berpegang pada ilmu
Harapkan ampun pada Allah

Temu itu banyak warnanya
Ada yang putih ada yang biru
Ilmu itu banyak gunanya
Tiada boleh orang menggaru

Pecah cawan di atas peti
Cawan minum Sutan Amat
Tuhan Allah yang mahasuci
Jangan dilupakan setiap saat

Banyaklah hari antara hari
Tidak semulia hari Jumat
Banyaklah nabi antara nabi
Tidak semulia Nabi Muhammad

Delima batu dipenggal-penggal
Bawa galah ke tanah merah
Lima waktu kalau ditinggal
Ibu bapak pasti marah

Buah ini buah berangan
Masak dibungkus sapu tangan
Dunia ini pinjam-pinjaman
Akhirat kelak kampung halaman

Belah buluh bersegi-segi
Buat mari serampang ikan
Kuasa Allah berbagi-bagi
Lebih laut dan juga daratan

Asam rumbia dibelah-belah
Buah separuh di dalam raga
Dunia ikut firman Allah
Akhirat dapat masuk surga

Ambil galah kupaskan jantung
Orang Arab bergoreng kicap
Kepada Allah tempat bergantung
Kepada Nabi tempat mengucap

Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam riang-riang
Menangis di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam riang-riang
Menangis di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

Kemumu di dalam semak
Jatuh melayang selaranya
Meski ilmu setinggi tegak
Tidak sembahyang apa gunanya

Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya


Pantun Suka Cita

Elok rupanya kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang

Dibawa itik pulang petang
Dapat dirumput bilang-bilang
Melihat ibu sudah datang
Hati cemas menjadi hilang

Dapat di rumput bilang-bilang
Menghisap bunga dengan mayang
Hati cemas menjadi hilang
Perut lapar menjadi kenyang

Juragan bernama Sutan Tahir
Muat beras bercampur pulut
Selama masa adikku lahir
Telah beroleh kawan bergelut

Orang Bandung memintal kapas
Anak Cina berkancing tulang
Ayah kandung pulanglah lekas
Ananda rindu bukan kepalang

Pergi mengail umpan sinangis
Dapatlah limbat gedang-gedang
Adik kandung jangan menangis
Orang penangis lambat gedang

Cina gemuk membuka kedai
Menjual embeh dengan pasu
Bertepuk adikku pandai
Boleh diupah dengan susu

Ramai orang bersorak-sorak
Menepuk gendang dengan rebana
Alangkah besarnya hati awak
Mendapat baju dengan celana

Ayam kinantan terbang mengekas
Hinggap di ranting bilang-bilang
Melihat ibu pulang lekas
Hatiku besar bukan kepalang

Hanyut batang berlilit kumpai
Terdampar di ujung Tanjung Jati
Bunda pulang bapa pun sampai
Kemi semua berbesar hati

Saya tidak pandai menari
Sebarang tari saya tarikan
Saya tidak pandai menyanyi
Sebarang nyanyi saya nyanyikan

Kita menari keluar bilik
Sebarang ari kita tarikan
Kita bernyanyi adik-beradik
Sebarang nyanyi kita nyanyikan

Tengah rembang panas teduh
Peluh di badan habis bertitik
Ayuhai saudara jangan bergaduh
Lihatlah bunda sudah berbalik

Sayang pisang tiada berjantung
Bunga keluar dari kelopak
Penat sangat ibu mendukung
Adik tak juga mau gelak

Buai-buai dalam buaian
Buaian dari rotan saga
Panjang benar janggut tuan
Mari dibuat tali timba

Burung elang burung merpati
Terbang ke kubur mencari makan
Bukan kepalang senangnya hati
Melihat ibu pulang dari pekan


Pantun Berangan-angan

Anak muda belum berakal
Siang kesana malam kemai
Hendak kusapa belumlah kenal
Kutimang saja di dalam mimpi

Air timpas pasang tak tiba
Banyaklah kapal bergalah lalu
Kakiku lemas hilang bicara
Hendak berkenal terasa malu

Anak sepat baru berenang
Pasang tiba airpun penuh
Hendak dekat hatiku bimbang
Kupandang saja dari jauh

Dapat udang bawa berlayar
Hendak dijual pembeli sayur
Teringat abad dada berdebar
Sejak kukenal belum menegur

Sudah lama merendam selasih
Barulah kini mau mengembang
Sudah lama kupendam kasih
Barulah kini bertemu pandang

Badak tenuk namanya hewan
Hidup selalu di dalam rimba
Hendak menjenguk terasa segan
Ke angin lalu kukirim cinta

Buah nangka dari seberang
Sedap sekali dibuat sayur
Sudah lama ku nanti abang
Barulah kini dapat menegur

Anak musang disalak anjing
Hingga malam lari menyuruk
Hendak meminang tidak sebanding
Dibawa diam hatiku remuk

Buah nangka dari seberang
Baunya wangi sedap rasanya
Sudah lama ku nanti abang
Barulah kini bertatap muka

Diam-diam orang beramu
Membawa badik untuk senjata
Dalam diam abang menunggu
Semoga adik mau menyapa

Masak labu di tengah ladang
Bawa ke rumah dibuat sayur
Hendak merayu payah betandang
Mata dah merah tak dapat tidur

Masak durian tercium bau
Isinya sedap rasanya manis
Hendak berkenalan terasa malu
Di dalam gelap hamba menangis

Malam hari orang melukis
Membuat gambar indah sekali
Dalam hati hamba menangis
Ingat kekasih tambatan hati

Mengapa orang pergi menjala
Menjala sepat sekali belum
Mengapa abang menjadi gila
Gila melihat adik tersenyum

Mengapa tanah menjadi debu
Karena lama tak turun hujan
Mengap alidah menjadi kelu
Karena terlena melihat tuan

Naik turun membawa padi
Padi ladang padi ternama
Adik sepantun bunga melati
Kami memandang menjadi gila

Naik turun membawa parang
Untuk menebas semak belukar
Adik sepantun bunga dikarang
Membuat cemas dada berdebar

Satu-satu membawa sayur
Supaya air jangan terbuang
Malu-malu hamba menyapa
Karena kuatir tunangan orang

Sisik bukan sebarang sisik
Sisik belida memutus jala
Cantik bukan sebarang cantik
Cantik membawa hatiku gila

Sisik bukan sebarang sisik
Sisik ayam membawa tuah
Cantik bukan sebarang cantik
Cantik meredam hati yang gundah

Siang malam orang menari
Sampai remuk rasanya badan
Kukenang puan dalam mimpi
Bagai pungguk merindu bulan

Telah lama orang menekat
Membuat baju kebaya lebar
Sudah lama abang terpikat
Hendak bertemu dada berdebar

Tebanglah kayu sebatang dua
Untuk membuat perahu kolek
Abang merindu sepanjang masa
Mabuk melihat tubuh yang molek

Air timpas pasang tak tiba
Banyaklah kapal bergalah lalu
Kakiku lemas hilang bicara
Hendak berkenal terasa malu

Batang pepaya berputik belum
Bila berulat lekas dipancung
Abang menyapa adik tersenyum
Rasa mendapat emas segunung


Pantun Kasih Tak Sampai

Ulam bukan sebarang ulam
Ulamnya dibawa anak penggalas
Demam bukan sebarang demam
Demam cinta tidak terbalas

Tabunglah gendang bunyi bertalu
Orang bersorak gegap gempita
Sungguh malang nasib diriku
Cinta ditolak harapan hampa

Tujuh hari dalam seminggu
Budak duduk membelah rotan
Tubuhku lesu memendam rindu
Awak bertepuk sebelah tangan

Ampas kelapa dibuang orang
Jatuh ke sungai dimakan ikan
Lemas anggota remuklah tulang
Kasih tak sampai binasa badan

Buah seminai biji berkilat
Dibuat minyak rasa perisa
Sudah ku ungkai tali pengikat
Adik menolak apalah daya

Dapat itik baru bertelur
Hendak digulai tak sampai hati
Teringat adik hatiku hancur
Kasih tak sampai kubawa mati

Buah perindu di Bukit Siguntang
Sejak dahulu berhujan panas
Tubuhku layu sakit telentang
Karena cintaku tiada berbalas

Buah durian berduri-duri
Bila masak tentulah gugur
Sudah berbulan kunanti-nanti
Adik mengelak hatiku hancur

Bukan palu sebarang palu
Palu gada bertali rantai
Bukan pilu sebarang pilu
Pilu karena kasih tak sampai

Cukup sudah orang berlayar
Tetapi kolek tak mau laju
Cukup sudah abang bersabar
Tetapi adik tak mau tahu

Gugur buah di pagi hari
Ada masak ada yang muda
Hancur sudah hatiku ini
Cinta ditolak begitu saja

Gugur melati dimakan kumbang
Layulah tangkai patah kelopak
Hancur hatiku bukan kepalang
Rindu tak sampai cinta ditolak

Bulan puasa bulan teruji
Orang beramai pergi ke surau
Badan sengsara memakan hati
Kasih tak sampai hatiku risau

Bagaimana nasi tidakkan putih
Beras ditumbuk diidang dulu
Bagaimana hati tidakkan sedih
Puas membujuk orang tak mau

Buluh perindu di Bukit Siguntang
Sejak dahulu berhujan panas
Tubuhku layu sakit telentang
Karena cintaku tiada berbalas

Diam-diam orang melukis
Membuat gambar anak peladang
Dalam diam abang menangis
Niat meminang ditolak orang

Beban berat kakipun goyang
Rasanya letih menggoyang lutut
Badan penat hati pun bimbang
Karena kasih tiada bersambut

Air hujan turun mencurah
Jatuh ke tanah terus ke laut
Binasa badan menahan gundah
Kasih kucurah tiada bersambut

Angin bertiup semakin kencang
Kapal berlayar dilanda badai
Ingin kuhidup bersama abang
Sayangnya kasih tiada sampai

Anak elang mati terkejut
Hilang campak ke dalampaya
Awaklah sayang hati terpaut
Orang menolak apalah daya

Bulan haji bulan mulia
Orang ke Mekah beramai-ramai
Bukan ku mati karena senjata
Sedang bercinta kasih tak sampai

Asap api nampak menjulang
Petang hari barulah reda
Hasrat hati hendak meminang
Orang tak sudi undurlah hamba

Banyaklah beruk makan cempedak
Memanjat kayu sepanjang hari
Hendak merajuk bukanlah budak
Penat merayu orang tak sudi

Asap api dari seberang
Dibawa angin ketengah laut
Hasrat hati memetik kembang
Rupanya kasih tiada bersambut

Asap api nampak bergumpal
Padang kering sudah menyala
Hasrat hati hendak berkenal
Orang berpaling apalah daya

Bagaimana orang takkan beramuk
Dusun dan desa dirusak musuh
Bagaimana abang takkan merajuk
Bertahun kupuja adik tak acuh

Bagaimana orang hendak menumbuk
Lesunya saja tidak berlalu
Bagaimana abang hendak memeluk
Dipandang saja adik tak mau

Batang nyiur di tepi kolam
Di sana bayan berdiam diri
Orang ditegur bermuka masam
Kasihku simpan di dalam saja

Belum duduk sudah berdiri
Manakan orang dapat bicara
Belum ditengok sudah lari
Manakah sempat kita bercinta

Buah cempedak jatuh berdebuk
Jatuh menimpa anak buaya
Sudah sejak aku membujuk
Dinda tak suka apalah daya

Palu bukan sembarang palu
Palu pusaka berpalut emas
Malu bukan sembarang malu
Malu cinta tidak berbalas


Pantun Putus Cinta

Anak kera mencuri manggis
Matanya pedih kena jelatang
Awak tertawa hati menangis
Karena kekasih dibawa orang

Mabuklah orang dalam perahu
Ombak besar setinggi rumah
Mabuklah abang memendam rindu
Adik kudengar pergi menikah

Baik berburu di malam hari
Bersuluh bulan dengan bintang
Adik kucumbu di dalam mimpi
Tubuhmu sudah ditangan orang

Untuk apa orang ke hulu
Kalau klek sudah berlubang
Untuk apa hamba menunggu
Kalau adik sudah bertunang

Hari minggu jalan ke pasar
Disana belanja membeli udang
Hatiku pilu rasa terbakar
Bunga kupuja dipetik orang

Habislah buah pisang nangka
Pisang serawak tegak sebatang
Habislah tuah hilanglah muka
Pinangan awak ditolak orang

Fajar subuh sudahlah terbit
Tanda hari menjelang siang
Terbakar tubuh dadaku sakit
Adinda kini dipinang orang

Galah bukan sebarang galah
Galah orang pemanjat pinang
Salah bukan sebarang salah
Salah abang lambat meminang

Buluh cina berwarna kuning
Tegak lurus dengan kokohnya
Karena adik sudah berpaling
Badanku kurus menanggung duka

Sudahlah makan tidak berkuah
Nasi yang ada terasa kurang
Sudahlah badan tidak bertuah
Kekasih pula dilarikan orang

Bagaimana padi tidakkan basah
Pagi petang dilimbur pasang
Bagaimana hati tidakkan patah
Kekasih hilang direbut orang

Diam-diam orang berkayuh
Karena takut dikejar buaya
Saban malam abang mengeluh
Karena adik sudah berpunya

Jatuh bangkit orang berburu
Mengejar kijang kesana sini
Tubuhku sakit tulangpun ngilu
Mendengar abang sudah berbini

Jatuh tupai salah melompat
Bekejar naik ke batang pinang
Tubuhku lunglai patah semangat
Mendengar adik dipinang orang

Beras padi diindang orang
Supaya tahu mana antahnya
Belas hati memandang abang
Adik ditunggu sudah berpunya

Belilah aruan serta belanak
Dapat dipindang sesudah bersih
Hati menyetan dadaku bengkak
Melihat abang berpindah kasih

Bulan sabit diambang petang
Makin dipandang semakin indah
Sudah senasib abang yang malang
Hendak meminang adik lah nikah

Bulan sabit di langit tinggi
Sayup-sayup mata memandang
Sudahlah nasib celaka diri
Adik kucinta dipinang orang

Dari teluk berjalan pulang
Naik kerumah sudahlah senja
Hatiku remuk bukan kepakang
Adik tercinta sudah berpunya

Kemana lagi membawa ketupat
Bunga sekaki sudahlah layu
Kemana lagi adik bermanja
Kanda kunanti tak mahu tahu

Bulan haji bulan mulia
Besar kecik tiada terbilang
Rasakan mati badan sebelah
Mendengar adik dipinang orang

Batang nangka putik sejari
Rebah ke tanah lapuk terbuang
Abang menyangka adik sendiri
Rupanya sudah duduk bertunang

Bagaimana bunga kan jadi mekar
Kalaulah kumbang sudah menyeri
Bagaiman hamba memberi kabar
Kalaulah abang sudah beristeri

Benang ditenun berhari-hari
Lambat laun menjadi kain
Abang melamun gila menanti
Adik lah kawin ke orang lain

Beras bukan sebarang beras
Beras ditumbuk membuang antah
Panas bukan sebarang panas
Panas menengok abang menikah

Banyaklah upih dicari orang
Untuk pembungkus lempuk durian
Hendak kupilih kekasih orang
Mabuklah hamba duduk sendirian

Bangau bukan sembarang bangau
Bangau putih berparuh panjang
Risau bukan sembarang risau
Risau kekasih direbut orang

Jikalau kumbang sudah menyeri
Tentulah kelopaknya menjadi layu
Kalaulah abang sudah beristeri
Tentulah adik kan kuberi tahu

Apa guna kacang direndang
Bila masak direndam lagi
Apa guna abang meminang
Bila isteri sudah beranak

Batang pinang sudahlah patah
Tak lama lagi tentulah rubuh
Orang kusayang sudah menikah
Kemana lagi dagang berlubang

Alangkah elok naik perahu
Di sana mudah mencari angin
Abanglah bujuk adik tak mau
Rupanya ada janji yang lain

Bagaimana titi takkan terendam
Hujan lebat semelah hulu
Bagaimana kami takkan berdendam
Tuan lah dapat pasangan baru

Bagaimana kita hendak berhenti
Karena di jalan orang curiga
Bagaimana hamba hendak berjanji
Karena tuan memandang harta

Badik diasah berulang kali
Untuk berperang melawan musuh
Adik gelisah mengenang janji
Kutengok abang kian menjauh

Bagaimanalah kita hendak berunding
Orang berbantah setiap hari
Bagaimana hamba hendak disunting
Abanglah sudah beranak isteri

Bagaimana kita hendak melangkah
Tulang sendiri terasa goyang
Bagaimana hamba hendak menikah
Abang lah menjadi laki orang

Tali kecapi disebut orang
Bila dipetik bunyinya nyaring
Hati ku ini mabuk kepayang
Karena adik sudah berpaling

Bagaimana kita hendak berlayar
Ombak besar memecah tebing
Bagaimana hamba hendak bersabar
Kudengar abang sudah berpaling


Pantun Memendam Rindu

Kalau balik merendam selasih
Pantang merendam biji labuh
Kalaulah adik merendam kasih
Abangpun karam menahan rindu

Kalaulah labu dibawa bermain
Dimanakah sempat lagi dipetik
Kalau rindu pada yang lain
Dimanakan sempat bersua adik

Airlah dalam bertambah dalam
Hujan di hulu berlumlah teduh
Hatilah karam bertambah karam
Karam merindu orang yang jauh

Asap api orang berladang
Nampak dari kuala Siak
Tiap hari kutunggu abang
Sampai kini tiada nampak

Azan bukan sebarang pesan
Azan bilal suaranya merdu
Pesan bukan sebarang pesan
Pesan kutinggal tanda rindu

Dari subuh orang berburu
Banyak kijang dibawa balik
Dari jauh abang merindu
Hendak datang langkahku pendek

Bila menimbang putik pauh
Banyak getahnya tinggal melekat
Bila kukenang adik nan juah
Letak anggota pegallah urat

Dapat kolek pergi kejayuh
Air pasang berhenti dulu
Mengingat adik lah pergi jauh
Matilah abang menanggung rindu

Batang selasih sudah meranting
Lapuklah batang dahan pun layu
Orang kukasih sudah berpaling
Mabuklah dagang menahan rindu

Baik sungguh pergi berburu
Dapat pelanduk seekor dua
Adik jauh hatiku rindu
Penat duduk menanti berita

Baik Sungguh mencari kurai
Bulunya cantik untuk hiasan
Adiklah jauh hatiku risau
Rindukan adik terlupa makan

Baiklah naik ke gunung ledang
Disana banyak buluh perindu
Adik nan molek sanjungpun abang
Bila tak nampak hatiku rindu

Banyaklan itik turun ke kali
Mandi berenang jalan mendudu
Hendak kupetik bunga berduri
Matilah abang menahan rindu

Banyaklah ikan mabuk terapung
Karena terminum air tuba
Letaklah badan duduk termenung
Karena belum bertemu adinda

Biji nangka janga ditelan
Bia ditelan tentu tercekik
Hatiku duka putus harapan
Karena lama merindukan adik

Biji pauh ditanam orang
Sudah besar berbuah pula
Hati rusuh bukan kepalang
Habislah sabar memanti dinda

Buah kuini masak di batang
Pai hari banyak yang jatuh
Biar ku mati dalam membujang
Karena menanti adik yang jauh

Buah mentimun di tepi tasik
Habis busuk dimakan belalang
Sudah bertahun ku nanti adik
Hatiku remuk bukan kepalang

Buluh perindu dibuat suling
Bunyinya merdu mendayu-dayu
Menahan rindu badanku kering
Dinda tak mau mengambil tahu

Bukan perahu sebarang perahu
Perahu kolek tidakkan karam
Bukan rindu sebarang rindu
Rindu kan adik siang dan malam

Hari minggu orang berjalan
Membawa badik jadi senjata
Hatiku rindu bukan buatan
Kepada adik sebiji mata

Hendak berburu oarng dah pergi
Biarlah hamba duduk menunggu
Hendak bertemu dinda tak sudi
Biarlah hamba menanggung rindu

Dari pulau menjala ikan
Dapat pari dibuat pindang
Hati risau tiada tertahan
Mabuk menanti adik seorang

Buluh perindu buluh ternama
Banyak sudah disebut orang
Hatiku rindu sudahlah lama
Adik juga tak ingat abang

Buluh perindu diberi nama
Ditiup angin bergoyang-goyang
Hatiku rindu tiada terperi
Karena adinda lama tak datang

Sayang balam mati tercekik
Makan putik buah mengkudu
Siang malam kunanti adik
Badanku letih menahan rindu

Bunga kenanga kembang sekaki
Rupanya molek kelopak mekar
Sungguhlah lama abang menanti
Mengapa adik tak beri kabar

Kalau tak ada sagu bertampin
Mengapa rumbia ditebang orang
Karena tak ada rindu ke lain
Mengapa lama abang tak datang

Belilah baju serta selendang
Untuk dipakai ke helat jamu
Hatiku rindu kepada abang
Hajat sampai dapat bertemu

Alangkah sayu hati di dalam
Mendengar guruh dayu mendayu
Abang merayu siang dan malam
Gemetar tubuh menahan rindu

Buluh kasap beruas panjang
Sembilunya tajam bagaikan pisau
Tidur tak lelap makan tak kenyang
Mengenang kakanda jauh di rantau

Dari pulau menjala hiu
Pulang pergi orang berlayar
Hati risau menahan rindu
Abang pergia tiada kabar

Buah pauh di tepi ladang
Dimakan tupai menjadi busuk
Susah sungguh menanti abang
Badan terkulai hatiku remuk

Kalaulah batangnya dihimpit kayu
Mengapa kupandang tegak lurus
Kalaulah abang sakit merayu
Mengapa abang tak nampak kurus

Tentu batangnya tampak lurus
Karena kayunya sudah dibuang
Tentu abang tak nampak kurus
Kita bertemu sakitku hilang

Air pasang singgahlah dulu
Dapat berhenti di pulau karang
Hatiku bimbang bertambah pilu
Ingat kekasih dirantau orang

Air dangkal ikannya jinak
Ditangkap orang setiap hari
Hati mengkal dadapun kemak
Mengharap abang datang kemari

Kalau tak ada sagu bertampin
Mengapa rumbia ditebang orang
Kalau tak ada rindu ke lain
Mengapa lama abang tak datang

Air keruh bertambah keruh
Musim kemarau semakin panjang
Hatiku rusuh bertambah rusuh
Karena risau menunggu abang

Angin ribut bertambah ribut
Banyaklah kapal patah kemudi
Ingin diikut belumlah patut
Hendak ditinggal tak sampai hati

Bila lancang singgah di teluk
Sesudah timpas pasangpun datang
Apabila abang sudah menjenguk
Rindu ku lepas dadapun lapang

Batang menanti mati ditebang
Ditebang orang untuk perahu
Abang dinanti pagi dan petang
Hatiku bimbang bercampur pilu

Baji kayu pembelah tiang
Ditukul orang beramai-ramai
Hatiku rindu tiada kepalang
Karena abang lama tak sampai


Pantun Perpisahan

Penggal puan penggal selasih
Penggal puan di Johor lama
Buah hati tinggallah puan
Kanda pergi tidakkan lama

Buah pauh delima batu
Anak sembilang di tapak tangan
Walau jatuh di negeri satu
Hilang di mata di hati jangan

Hanyut cawan dengan bakinya
Berperai-perai bunga selasih
Ayuhai badan apa jadinya
Hampir bercerai dengan kekasih

Air telaga terasa sejuk
Siapa kesana teruslah mandi
Kupandang muka membawa mabuk
Kudengar suara memutus hati


Pantun Saling Berjanji

Tanam melati di ruma-ruma
Ubur-ubur sampingan dua
Kalau mati kita kita bersama
Satu kubur kita berdua

Ubur-ubur sampingan dua
Tanam melati bersusun tangkai
Satu kubur kita berdua
Kalau boleh bersusun bangkai

Tanam melati bersusun tangkai
Tanam padi satu-persatu
Kalau boleh bersusun bangkai
Daging hancur menjadi satu

Tanam padi satu-persatu
Anak lintah dalam dunia
Daging hancur menjadi satu
Tandanya cinta dalam dunia

Jika roboh kota Melaka
Papan di Jawa saya tegakkan
Jika sungguh Kanda berkata
Badan dan nyawa saya serahkan

Ikan dilaut asam di darat
Dalam kuali bertemu jua
Hati terpaut janji diikat
atas pelamin bertemu jua

Amat garang datuk Bentara
Musuh melanggar habis dibenam
Dulu seorang kini berdua
Hidup bersama susah dan senang

Dengarlah ini ayah berpesan
Anak menantu, ayah ingatkan
Berkasih saying sesame insan
Jangan cepat menjadi bosan

Dari Banten ke Tanjung kandis
Berlayar ditumbang angin utara
Lagi berhadapan mulutnya manis
Balik belakang lain bicara

Ambil puan dari Marinda
Pandan di Jawa saya rebahkan
Jika tuan membawa adinda
Badan dan nyawa saya serahkan

Ambil puan di atas batu
Hendak berlayar ke benua Jawa
Jika tuan berkata begitu
Esok hari Kakanda bawa

Anak belida memakan kanji
Pandan di Jawa diranggungkan
Jika Kakanda mungkirkan janji
Badan dan nyawa menanggungkan

Terang bulan terang ke paya
Raja Mesir bertenun kain
Tuan dipandang bertambah caya
Rasaku tidak pada yang lain

Aci-aci ke Bangkahulu
Seri padaku panglimanya
Jika kasih sabar dahulu
Nantikan saja ketikanya


Pantun Berkenalan

Berlari-lari ke dalam kebun
Dalam kebun adalah parak
Bernyanyi serupa pantun
Dalam pantun ada kehendak

Pohon beringin tengah negeri
Buah beribu di tangkainya
Ingin di bunga sunting nabi
Bolehkan kami memetiknya?

Suji-suji daun delima
Disuji anak sungai Bantan
Kalau sudi minta terima
Diharap jangan tuan lupakan

Patahlah sayap kembang Lelan
Patah ditimpa selaranya
Payahlah mata memandang bulan
Bulan pabila akan jatuhnya?

Darimana hendak kemana
Dari Jepang ke Bandar Cina
Kalau boleh kami bertanya
Bunga yang kembang siapa punya?

Dari Jepang ke Bandar Cina
Singgah berlabuh di Singapura
Bunga yang kembang siapa punya
Kami beringin memetiknya

Mahal harganya kain batik
Dipakai selendang ke kuala
Jika bunga boleh dipetik
Dipersunting dijunjung di kepala

Air ditanam betung tumbuh
Diparang anak si gumanti
Kalau hati sama sungguh
Kering lautan kita nanti

Beringin di kampung pulau
Pautan ayam tedung gombak
Hati ingin memandang pulau
Biduk ada pengayuh tidak

Melenguh lembu di gunung
Lenguhannya sampai ke balai
Maksud hati memeluk gunung
Apa daya tangan tak sampai

Keladi air tumbuh di air
Minyak bijan di dalam cawan
Matahari sudahlah lahir
Bulan masih disaput awan

Datu perdana dengan penggawa
Menghadap baginda di hadapan puri
Patutlah tuan timbangan jiwa
Tempat kakanda menyimpan jiwa

Menghadap baginda di hadapan puri
Puri berdekat dengan balai
Tempat kakanda menyimpan diri
Di hati tidak dapat dinilai

Puri berdekat dengan balai
Singgasana berdinding kaca
Dihati tidak dapat dinilai
Bulan purnama terang cuaca

Singgasana berdinding kaca
Kaca biru buatan Cina
Bulan purnama terang cuaca
Sangat merayu dagang yang hina

Teruntum sedang berbunga
Retak buluh sampaian kain
Kalau untung tuan yang punya
Masakan lepas pada yang lain

Tetak buluh sampaian kain
Kain cela tepi bersuji
Masakan lepas pada yang lain
Jika sudah disitu janji

Kain cela tepi bersuji
Lalu sampaikan atas galah
jika sudah disitu janji
hajatpun lalu disampaikan Allah


Pantun Cinta

ikan hiu makan badak, i love u mendadak…
ikan paus makan pecel, i miss u girl…

dulu delman
sekarang dokar
dulu teman
sekarang pacar

buah mangga buah manggis
ternyata ada cewek maniez

buah manggis buah pepaya
cewek manis siapa yg punya

dihutan banyak lebah madu..
rasanya manis,disuka pemburu..
kamu adalah cintaku
dan aku amat sayang padamu..

kembang gula di perigi
untuk aku minum jamu
kemana pun kamu pergi
aku slalu rindu kamu

meski hanya buah jambu
tapi ini bisa diramu
meskipun jarang ketemu
cintaku hanya untukmu

wahai seruling buluh perindu
suaranya memikatku
wahai gadis pujaanku
aku sangat cinta kamu

meski aku sudah kenyang
tetap harus minum jamu
perempuan yang ku sayang
bolehkah aku bertamu

Kelap kelip bintang bertaburan
hanya satu yg tampak terang
sungguh banyak pria pilihan
hanya kanda yg paling ku sayang

Kelap kelip bintang bertaburan
begitu indah bagai berlian
sungguh banyak pria menawan
hanya abang yg ku rindukan

Kelap kelip di tengah malam
ku lihat bintang sangat menawan
biar cinta banyak rintangan
ku jaga cinta dg kesetiaan

Kelap kelip bintang seribu
indah menawan di tengah malam
sunggu aku sedang merindu
rindu di hati yg terdalam

Kelap kelip bintang menari
indah bagai mata bidadari
kanda kuharap menjaga diri
untuk diriku sampei ku kembali

Sayang selasih tidak berbunga
Engganlah kumbang untuk menyapa
Sayang kekasih tidak setia
Badan merana kini jadinya

Di sana sini bunga pun kembang
Senanglah kumbang tinggal sendiri
Putuslah sudah kasih dan sayang
Jangan di harap dia kembali

Sungguh malangnya hidupmu bunga
Janganlah layu sebelum kembang
Tentulah diri akan merana
Karena bunga tiada berdaya

Bunga yang malang jaga dirimu
Jangan lah layu sebelum kembang
Pupuklah iman dalam hatimu
Kalau kau layu di buang orang.

Ukir-ukir lah si kayu jati
jadikanlah sebuah jambangan
Pikir-pikir sebelum terjadi
janganlah menyesal kemudian


Kumpulan Pantun Dakwah

Berguna hidup karena beradat
Adat lembaga jadi pakaian
Sempurna hidup karena syahadat
Syahadat dijaga mengokohkan iman

Adat mati dikandung tanah
Dunia tinggal harta pun tinggal
Selamat mati mengandung ibadah
Banyak amal banyak bekal

Adat orang berjalan malam
Ada suluh jadi pedoman
Adat orang beragama Islam
Ada petunjuk menerangi iman

Orang berkain menutup aurat
Sesuai dengan petuah hadis
Orang muslimin hidup beradat
Lakunya sopan mukanya manis

Di bulan Ramadhan orang tarawih
Sudah sembahyang membaca Qur'an
Orang beriman hidupnya salih
Dadanya lapang lakunya sopan

Di bulan Ramadhan orang tadarus
Membaca Qur'an beramai-ramai
Orang beriman hatinya lurus
Duduk berjalan elok perangai

Di bulan Ramadhan banyak bertobat
Memohonkan ampun kepada Allah
Orang beriman hidup bermanfaat
Sembarang kerja membawa faedah

Di bulan Ramadhan orang puasa
Menahan selera mengekang nafsu
Orang beriman hidup sentosa
Kepada Allah tempat bertumpu

Di bulan Ramadhan banyakkan amal
Supaya dosa diampunkan Tuhan
Orang beriman hidup berakal
Menggunakan usia untuk kebaikan

Siapa kokoh memegang iman
Hidup matinya tidakkan sesat
Siapa senonoh menyembah Tuhan
Dunia akhirat badan selamat

Siapa melangkah di jalan Tuhan
Ke mana pergi badan selamat
Siapa amanah dalam kebenaran
Tuah terdiri iman melekat

Siapa memakai adat lembaga
Ke mana pergi disayangi orang
Siapa pandai syariat agama
Hidup mati tidak terbuang

Siapa kokoh memegang adat
Ke mana pergi hidup semenggah
Siapa senonoh dalam ibadat
Hidup dan mati beroleh berkah

Siapa suka duduk mengaji
Banyaklah ilmu dapat dikenang
Siapa suka mengelokkan budi
Ke hilir ke hulu disayangi orang

Siapa suka memegang adat
Mulialah sifat dengan karenah
Siapa suka sembahyang sunnat
Pahala dapat iman bertambah

Elok adat karena dikaji
Elok kaji karena sunnah
Elok ummat karena berbudi
Elok berbudi karena lillah

Elok budi karena ikhlas
Elok kerja karena niat
Elok kaji karena dibahas
Elok manusia karena syariat

Elok langkah karena pedoman
Elok laku karena beramal
Elok manusia karena beriman
Elok ilmu karena beramal

Elok kaki dapat melangkah
Elok tangan dapat memegang
Elok hati mengingat Allah
Elok iman tiada bergoyang

Buah yang mabuk jangan dimakan
Batang berduri jangan dipanjat
Bertuah hidup dikandung iman
Tertuah mati dalam ibadat

Pandai-pandai menjaga diri
Lubang banyak di tengah jalan
Orang pandai tahukan diri
Hidup berakal mati beriman

Jangan suka memfitnah orang
Orang benci Tuhan pun murka
. Jangan suka melalaikan sembahyang
Bila mati masuk neraka

Kalau suka berbuat fitnah
Ke mana pergi orang mengutuk
Kalau suka berniat salah
Dunia akhirat badan terpuruk

Kalau suka menenggang kawan
Segala sahabat akan mendekat
Kalau suka mengenang Tuhan
Pahala dapat hidup selamat

Kalau hendak mencari kawan
Carilah kawan sampai ke kubur
Kalau hendak mencari Tuhan
Patrilah iman banyakkan tafakur

Kalau menyangkal petuah ibu
Hidup sesat dunia akhirat
Kalau beramal tidak berilmu
Pikiran tumpat pahala tak dapat

Kalau durhaka ke orangtua
Celaka tiba kutuk pun datang
Kalau menyalah kepada agama
Di dunia hina di akhirat malang

Jangan ditentang ibu dan bapak
Bila ditentang badan melarat
Jangan dibuang hukum dan syarak
Bila dibuang datanglah laknat

Pada saudara hendaklah sayang
Pada sahabat hendaklah minat
Pada agama banyaklah sembahyang
Pada ibadat luruskan niat

Kalau terbang tinggi-tinggi
Ingat-ingat bumi di bawah
Kalau sembahyang luruskan hati
Dalam ibadat turuti sunnah

Kalau tidur meninggi hari
Rezeki menjauh langkah pun singkat
Kalau takabur menyelimut hati
Iman jatuh ibadah pun sesat

Kalau suka berbuat maksiat
Alamat hidup akan celaka
Kalau suka meninggalkan ibadat
Alamat badan masuk neraka


Kumpulan Pantun Lucu

Jambu merah
di dinding
Jangan marah
just kidding

Kalau punya gigi ompong
cepat cepat ke dokter gigi
kalau jadi anak sombong
pasti nanti jadi rugi.

jalan-jalan ke pinggir empang
nemu sendok di pinggir empang
hati siapa tak bimbang
saya botak minta dikepang

Buah kedondong
Buah atep
Dulu bencong
sekarang tetepp

Buah semangka buah duren
Nggak nyangka gue keren

Buah semangka buah manggis
Nggak nyangka gue manis

Buah apel
di air payau
Nggak level
layauuuuuuu…..

Disini bingung, Disana linglung
mangnya enak, engga nyambung….

Buah semangka berdaun sirih
Buah ajaib kali yah

Jambu merah di dinding
Jangan marah just kidding

Jauh di mata,dekat dihati
Jauh di hati,dekat dimata
Jauh-dekat tujuh ratus perak

Men sana
in corpore sano
Gue maen kesana,
Elo maen ke sono!

pantun ini merupakan kumpulan dari berbagai sumber, harap maklum danseringlah berkunjung kemari, sebelum blog ini tak jual kiloan............!
inspirated by : http://capoenk.wen.ru

No comments:

Post a Comment

Kecerdasan Sayyidina Ali bin Abi Thalib tentang Keutamaan-Keutamaan Ilmu

Suatu ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib didatangi beberapa orang secara bergantian. Mereka sengaja datang bergantian dan menanyakan hal ya...