Suatu ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib didatangi beberapa orang secara bergantian. Mereka sengaja datang bergantian dan menanyakan hal yang sama karena ingin tahu bagaimana Sahabat Ali bin Abi Thalib menjawab mereka, apakah dengan jawaban yang sama atau berbeda.
Dimulai dengan orang pertama yang berkunjung kepada Ali dan bertanya, "Wahai Ali mana yang lebih baik, ilmu atau harta?" Ali menjawab "Ilmu lebih baik dari pada harta," jawab Ali. Orang itu lalu bertanya lagi, "Dengan dalil apa?" Ali membalas, "Ilmu itu warisan para nabi dan harta itu warisan Qarun, Syaddad, Firaun dan lainnya." Lalu pergilah orang pertama ini.
Datang lagi orang kedua yang bertanya seperti orang pertama tentang ilmu dan harta. Dan tetap Ali menjawab dengan jawaban yang sama bahwa Ilmu lebih baik daripada harta. Orang itu bertanya "Dengan dalil apa," Ali menjawab "Ilmu menjagamu, sedang engkau menjaga harta." Kemudian pergilah orang itu.
Datang lagi orang yang ketiga lalu bertanya seperti pertanyaan orang kedua dan Ali menjawab ilmu lebih baik daripada harta. Orang itu bertanya "dengan dalil apa," Ali menjawab dengan alasan yang berbeda, menurutnya pemilik harta mempunyai banyak musuh, dan orang memiliki ilmu mempunyai banyak teman. Kemudian pergilah orang itu.
Datang lagi orang yang keempat dan bertanya kepada Ali dengan pertanyaan yang sama "Mana yang lebih baik Ilmu atau harta?" Ali menjawab bahwa ilmu lebih baik daripada harta. Orang itu bertanya apa alasan dari jawaban Ali, kemudian Ali menjawab dengan alasan yang berbeda dengan jawaban ketika dia ditanya oleh orang pertama kedua dan ketiga. Ali berujar, "Ilmu apabila kau belanjakan maka akan bertambah, tetapi harta jika kau belanjakan maka ia akan berkurang."
Kemudian pergilah orang itu, hingga datang lagi seorang yang lain lalu bertanya mana yang lebih baik Ali "Ilmu atau harta yang lebih baik?" Ali menjawab ilmu lebih baik daripada harta karena pemilik harta bisa dipanggil si pelit dan menjadi hina sedangkan pemilik ilmu dipanggil dengan sebutan agung dan mulia. Pergilah orang itu.
Hingga datang lagi seorang yang lain lalu bertanya manakah yang lebih baik Ilmu atau harta. Lagi-lagi Ali menjawab ilmu lebih baik daripada harta dengan alasan harta akan dihisab pada hari kiamat sedangkan pemilik ilmu akan memberi syafaat pada hari kiamat.
Demikianlah, ketika Ali ditanya terkait keutamaan Ilmu, dia memiliki banyak alasan yang berbeda-beda. Hal ini lantaran banyaknya keutamaan ilmu dibandingkan dengan harta. Di antaranya itu Ilmu lebih baik daripada harta dengan dalil harta itu makin lama didiamkan makin bertambah usang, sedangkan ilmu tidak bisa lapuk dan usang. Selain itu menurutnya, harta bisa membuat hati menjadi keras sedang ilmu itu menerangi hati.
Akhirnya, heranlah orang-orang yang tadi bertanya kepada Ali karena dia memiliki banyak alasan tentang keutamaan ilmu yang tiada habisnya. Saat para penanya berkumpul Ali pun berujar "Andai kata ada banyak orang bertanya kepadaku tentang keutamaan ilmu, maka niscaya aku akan memberi alasan-alasan yang berbeda."
Dengan keilmuan yang dimiliki maka beliau dijuluki sebagai pintu ilmu sementara Nabi Muhammad kotanya. Tentang keutamaan ilmu ini, Al-Qur'an pun dengan jelas melabeli para penuntut ilmu dengan orang yang memiliki derajat yang tinggi dalam surat al-Mujadalah ayat 11 dengan firman-Nya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ - ١١
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan."
Sumber :
https://kemenag.go.id/hikmah/kecerdasan-ali-bin-abi-thalib-dan-keutamaan-keutamaan-ilmu-LqWJS
Editor: Muhammad Zunus